Tari Kebo Kinul di Jagat Seni Nusantara

Maharani Rachmawati Purnomo
3 min readOct 8, 2020

--

Beberapa orang tengah melakukan gerakan tarian yang penuh semangat diiringi musik rancak dengan tempo sedang. Mereka mengenakan kostum berumbai-rumbai warna hijau dengan sepasang tanduk yang bertengger di kepala. Tersaput riasan warna merah mencolok, putih, juga hitam. Alih-alih seram, penari-penari itu jadi terkesan menggemaskan. Gemerincing gelang kaki mereka berbunyi selaras dan semarak. Sesekali musik pengiring menampilkan lagu-lagu dolanan khas Jawa. Para pengrawit dengan lincah memainkan seperangkat alat musik gamelan. Rupanya mereka sedang menampilkan tari kebo kinul, tarian yang lahir dan tumbuh besar di Sukoharjo, Jawa Tengah.

(Sumber: DocPlayer.info)

Kebo kinul berasal dari dua kata. Kebo dalam bahasa Jawa sebagai simbol kesuburan tanah yang berarti kerbau dan kinul berasal dari kata “kinthul” yang berarti mengikuti atau menyertai. Bisa juga diartikan sebagai kerbau yang kinul-kinul atau gemuk. Ada pula yang mengartikan kebo kinul adalah orang-orangan sawah yang menunggu tanaman padi. Walaupun memiliki pengertian yang berbeda-beda, tarian ini merepresentasikan kerbau sebagai simbol kesuburan tanah yang erat kaitannya dengan kehidupan petani dalam mengolah sawah dan menjaga tanaman padi dari serbuan hama.

Tarian ini mulai berkembang sejak tahun 1950-an. Tak jelas pasti siapa yang menjadi penciptanya. Kesenian ini mengandung unsur magis. Kebo kinul dipercaya oleh masyarakat setempat sebagai sosok penunggu tanaman padi dan merupakan ratu dari para lelembut yang berupa wereng, menthek, dan hama lainnya. Pada zaman dahulu, para petani sering mengalami pagebluk akibat serangan hama-hama tersebut. Hal itu dipercaya karena Kebo Kinul marah lantas memerintahkan wereng, menthek, dan berbagai hama lainnya untuk merusak tanaman padi.

Kemarahan tersebut ditengarai karena pada zaman itu manusia sangat serakah, lupa bersyukur, dan melupakan keberadaan sang penunggu padi. Akhirnya tarian tersebut mulai dipentaskan sebagai bentuk ungkapan syukur atas berkah Tuhan karena telah diberi hasil panen yang melimpah. Tarian ini biasa ditampilkan saat upacara bersih desa agar mendatangkan berkah pada hasil panen.

Di beberapa tempat, seperti Kelurahan Gayam dan Kecamatan Nguter, tarian kebo kinul dulunya merupakan permainan anak-anak. Permainan ini menjadi pelepas penat anak-anak setelah seharian membantu kedua orang tuanya di sawah. Mereka meniru orang-orangan sawah. Biasanya tembang-tembang permainan seperti cublak-cublak suweng, jamuran, dan padang rembulan, turut memeriahkan permainan. Mereka memilih dua orang yang menjadi kebo kinul. Salah satunya akan digendong, mereka didandani mirip orang-orangan sawah dan dibalut dengan sarung serta jerami yang menutupi badan mereka. Kebo kinul itu akan diarak mengelilingi desa di bawah langit malam purnama. Tak ketinggalan pula replika kepala kerbau, kemenyan, serta aneka rupa kembang.

Peran dalam tari kebo kinul ada peran utama, peran pembantu, dan peran pendukung atau figuran. Peran utama dapat dilakukan siapapun yang memiliki kemampuan menari seperti orang-orangan sawah. Peran pembantu seperti Pak Tani, Mbok Tani, Nyai Gadung Melati, Raden Panji Dikrama, dan Kyai Pethuk. Peran tambahan untuk memperkuat suasana yaitu wereng, tikus, menthek yang mengenakan jerami dan bertampang seram.

Kostum kepala kerbau dan jerami merupakan hal wajib yang ditonjolkan dalam tarian ini karena erat kaitannya dengan pertanian. Kostum kepala kerbau menggambarkan sosok Kebo Kinul, hewan yang bersahabat dengan petani. Sedangkan kostum jerami yang menggambarkan tanaman padi itu sendiri. Lambat laun jerami ini mulai diganti dengan mendong karena lebih efisien, mudah dicari, dan dapat dipakai berkali-kali. Mendong tersebut juga lebih kuat dan dapat diberi warna yang mencolok.

Kontingen Kabupaten Sukoharjo dalam acara Jumbara PMR Jawa Tengah 2017 di Pati (Sumber: Dokumen Pribadi)

Seiring berjalannya waktu, mulai bermunculan seniman kebo kinul. Mereka mengemas tarian ini menjadi lebih menarik dan mulai meninggalkan unsur sakral, simbolis, dan magisnya. Terkadang diselingi percakapan antar penari sehingga terkesan seperti sebuah lakon drama yang tidak monoton. Ada pula sinden yang mengiringi pertunjukan. Kesenian rakyat ini sudah beberapa kali unjuk gigi di panggung nasional maupun internasional. Kebo kinul juga kerap dipentaskan saat menyambut tamu kehormatan dan turut menyemarakkan acara kemerdekaan. Tarian ini mulai melakukan diaspora, melintasi sekat batas daerah demi terus menghidupkan budaya.

#NusantaraBicara

Sign up to discover human stories that deepen your understanding of the world.

Free

Distraction-free reading. No ads.

Organize your knowledge with lists and highlights.

Tell your story. Find your audience.

Membership

Read member-only stories

Support writers you read most

Earn money for your writing

Listen to audio narrations

Read offline with the Medium app

--

--

Maharani Rachmawati Purnomo
Maharani Rachmawati Purnomo

No responses yet

Write a response