Mengenal Sukoharjo Lewat Kesegaran Jamu

Maharani Rachmawati Purnomo
3 min readOct 6, 2020

--

“Halo perkenalkan, namaku Rachma dari Sukoharjo. Salam kenal semua!” Beberapa kepala menyunggingkan senyum sembari mengernyitkan dahi. Mereka membayangkan peta Indonesia dan menerka-nerka dimana gerangan Sukoharjo berada? Aku yang sudah maklum dengan pemandangan itu lantas kembali berucap, “Sukoharjo adalah salah satu kabupaten di Jawa Tengah, satu keresidenan dengan Solo.” “Ooh, Solo,” koor mereka.

Banyak orang awam yang tak mengenal Kabupaten Sukoharjo. Banyak pula masyarakatnya yang enggan repot-repot menjelaskan letak Sukoharjo dan memilih menjawab berasal dari Solo. Karena itu, perkenankan aku menjelaskan kabupaten kelahiranku, tempat aku mengorbitkan rindu dan menemukan rumah.

Sukoharjo namanya. Berasal dari kata suka yang artinya senang dan harja yang berarti aman, selamat. Jantung kabupaten ini terletak 10 km di selatan Kota Solo. Maju, aman, konstitusional, mantap, unggul, rapi, atau yang biasa disingkat Makmur, adalah slogannya. Jamu menjadi primadona dan ikon kabupaten kecil ini. Jika teman-teman berkunjung kemari, kalian akan disambut patung Pak Tani dan Bu Jamu Gendong.

Patung Jamu (Sumber: Gesuri.id)

Banyak ditemui sentra industri pembuatan jamu di Sukoharjo. Mulai dari skala rumahan hingga pabrik-pabrik raksasa yang telah menguasai pasar nasional hingga internasional. Sukoharjo ditetapkan sebagai destinasi wisata jamu karena aktivitas usaha jamunya sangat luas, mulai dari obat herbal, UMKM jamu, usaha jamu gendong, dan insutri obat tradisional. Jamu mampu menggerakkan perekonomian masyarakat dan melestarikan budaya bangsa.

(Sumber: Jovee.id)

Jamu adalah minuman tradisional yang terbut dari bahan alami. Ada banyak jenisnya loh. Beras kencur, perpaduan nikmat antara ekstrak kencur, beras, ekstrak jahe, dan ekstrak asam. Rasanya manis dan segar. Jamu ini banyak diminati berbagai kalangan. Ada juga kunyit asam yang bagus untuk mengusir rasa nyeri saat datang bulan. Kalau kamu punya sakit maag, bisa mencoba jamu sinom yang terbuat dari daun asam muda. Juga ada jamu cabe puyang untuk pegal linu, pahitan yang berbahan dasar sambiloto untuk diabetes, uyup-uyup yang baik untuk ibu menyusui, kunci sirih, kudu laos, galian singset, dan temulawak yang mujarab mengobati masuk angin. Wah, banyak sekali manfaat dari jamu tradisional ini. Pembuatannya mudah dan tentunya tidak memiliki efek samping yang merugikan untuk tubuh.

(Sumber: Kompasiana.com)

Di masa pandemi ini, banyak orang berburu jamu. Racikan rempah-rempah yang menggoyang lidah ini terbukti ampuh untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Selain itu, harganya terjangkau. Warga yang memproduksi jamu di rumahnya biasanya menanam sendiri bahan baku. Halaman rumah mereka disulap menjadi kebun empon-empon. Berbeda dengan jamu kemasan yang diproduksi pabrik, mereka mengekstrak bahan baku yang dikeringkan kemudian digiling sampai lembut dengan mesin. Selanjutnya dikemas sesuai takaran yang lebih praktis. Namun, yang paling menarik adalah penjual jamu gendong atau yang akrab disebut Mbok Jamu. Keberadaannya di masa kini mulai tergerus dan terpinggirkan. Banyak Mbok jamu yang telah berusia lanjut. Tangan keriput mereka kerap kali berwarna kuning usai semalaman menghaluskan kunyit dan berbagai bahan lainnya. Bahan yang telah dihaluskan di lumpang batu kemudian diperas. Air perasan itu yang kemudian dijajakan dengan cara memanggulnya di punggung. Rasanya lebih juara jika dibandingkan jamu kemasan.

Industri jamu di kabupaten ini terus menggeliat mempertahankan eksistensinya. Kafe jamu kekinian mulai menjamur yang memikat hati kaum milenial. Masyarakat berlomba-lomba membuat inovasi dalam rasa dan penyajian tanpa mengurangi kadar manfaatnya. Jadi bagaimana, tertarik untuk berkunjung ke surganya jamu?

Rasanya cukup demikian yang dapat aku sampaikan, kawan. Kabupaten ini memang pamornya tak begitu gemerlap, tetapi di dalamnya tersimpan potensi dan kekayaan yang luar biasa. Dari salah satu potret kecil nusantara ini, aku bercerita.

#NusantaraBicara

--

--

Maharani Rachmawati Purnomo
Maharani Rachmawati Purnomo

No responses yet